contoh isi kutbah jumat''momentum pergantian tahun baru masehi 2021"

 انّ الْحَمْدَللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسَتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَّهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ

“Innal hamda lillah nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastaghfiruh, wa na’udzubillahi min syururi anfusina wa min sayyiati a’malina man yahdillah fala mudhilla lah wa man yudhlilhu fala haadiya lah”

يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

“Ya ayyuhalladzina amanut taqullaha haq qa tuqotihi wala tamutunna illa wa antum muslimun"

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ

''Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah".

اللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ

“Allahumma sholli wa sallim wa baarik ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ala alihi wa sohbihi ajma’in amma ba’du”

jamaah sholat jumat rohimakumulloh

pertama tama,marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat alloh swt,karena limpahan rahmat dan hidayahnya pada siang hari ini kita masih di perkenankan untuk berkumpul melaksanakan kewajiban kita sebagai kaum muslimin laki laki yaitu sholat jumat dalam keadaan sehat tanpa kurang  suatu apapun.

salam dan sholawat semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita baginda nabi muhammad saw.....dst.

jamaah sholat jum'at yang di rahmati alloh swt!!

Seperti kita ketahui bersama,bahwa pada hari ini bertepatan dengan pergantian tahun baru masehi 2021,untuk itu Melalui mimbar yang mulia ini, khatib berpesan kepada diri khatib pribadi khususnya dan kepada jamaah Jumah umumnya untuk sama-sama meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT dalam momentum pergantian tahun baru ini.dan Tentu saja meningkatkan keimanan dan ketakwaan di tengah zaman yang semakin sulit seperti sekarang ini.bukan perkara mudah. Namun, setidaknya yang sudah ada dan yang sudah kita raih tidak terlepas kembali, hanya karena alasan duniawi, sambil tetap waspada dan berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam penyesalan yang abadi. Sebab, tidak ada lagi cara untuk menghadapi zaman yang semakin berat seperti sekarang ini, selain membentengi diri dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.  

Jamaah sholat jumat yang di rahmati alloh

Sebagai manusia biasa, kita tentu tidak punya jaminan terlepas dari jeratan dosa. Namun, kondisi ini sudah diantisipasi oleh Allah SWT, selaku Dzat Yang Maha Mencipta dan Maha Mengetahui keadaan makhluk yang diciptakanNYA. Karena itu, Allah telah memerintahkan kita untuk bertobat, sebagaimana surah at-Tahrim ayat 8

 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا  

 ‘’ya ayyuhaladziina aamanu tubuu illalloh taubatan nasuha’’

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat nasuha (tobat yang semurni-murninya).”  

   عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ  

 “kum ayyukafaro ankum,sayyiatikum wayud qilakum jannatin tajri min tah tihal anhar ngasarob’’

Artinya: Mudah-mudahan Rabbmu menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya.

Melalui ayat di atas, meski tidak secara eksplisit, Allah juga hendak berpesan kepada para hamba-Nya bahwa Dia membukakan pintu ampunan kepada mereka. Sebab tidak mungkin  jika Allah memerintahkan kepada hamba-Nya untuk bertobat, sementara Dia menutup pintu ampunan. Namun, ampunan itu tidak serta merta diberikan kepada kita selaku hamba sampai kita berusaha keras mendapatkannya. Salah satunya dengan tobat nasuha.

Allah menggunakan kata ‘asâ yang berarti ‘mudah-mudahan’. Penggunaan kata mudah-mudahan mengindikasikan kepada kita bahwa Allah tidak memastikan ampunan kepada hamba-Nya yang bertobat. Ketidakpastian ini, dimaknai oleh para ulama, bukan berarti kita sia-sia ketika bertobat, melainkan ketidakpastian tersebut harus dipahami agar kita sungguh-sungguh menjalankan tobat dan meyakinkan Allah bahwa kita benar-benar hamba yang layak mendapatkan ampunan-Nya. Begitulah Allah menawarkan ampunan yang menjadi hak prerogatif-Nya tetapi keberhasilannya ditentukan oleh kehendak-Nya dan seberapa besar kesungguhan hamba-Nya untuk mendapatkan ampunan tersebut. Karena itu, tugas kita adalah berusaha menjalankan perintah Allah untuk tobat nasuha dan berusaha meyakinkan Allah bahwa kita adalah hamba yang layak mendapat ampunan dari-Nya.

 Tobat nasuha adalah tobat yang dijalankan dengan semaksimal mungkin,tidak setengah-setengah,dan sekadar main-main belaka.hari ini kita bertobat, esok kita berbuat dosa lagi, esoknya bertobat lagi, dan seterusnya. 

Lebih jauh para ulama merinci sejumlah syarat tobat nasuha. Pertama, adalah niat kita bertobat harus tulus dan ikhlas, bukan karena ingin dipuji seseorang, atau hanya karena ingin terlihat sholeh dan religius. Karenanya, tobat ini harus dibangun atas niat yang lurus, benar-benar mengharap ridha dan ampunan-Nya.  

 Kedua, para ulama menyebut, syarat tobat nasuha itu menyesali perbuatan dosa yang telah dilakukan di masa lalu. Dan Di sinilah tantangan untuk bertobat kepada Allah itu muncul, sebab hati kita seringkali sulit diajak menyesali perbuatan salah/dosa yang telah dilakukan. Bagaimana kita akan tobat bersungguh-sungguh jika hati kita tak menyesal atau tidak mengakui kesalahan.  

Ketiga, syarat tobat nasuha ialah menghentikan semampu mungkin segala dosa, baik kecil maupun besar. Sebab tidak ada dosa kecil jika dilakukan secara terus menerus, dan tidak ada dosa besar jika diiringi dengan tobat. Yang dimaksud berhenti adalah tidak hanya berhenti dari dosa yang kita tobati, tetapi dari segala dosa, jika kita ingin betul-betul mendapat derajat nasuha. Selama ini barangkali masih ada yang memahami bahwa tobat adalah menghentikan dosa tertentu, tetapi masih merasa suka mengerjakan dosa yang lain. Maka dalam konsep tobat nasuha, semua dosa, semampu mungkin harus kita tinggalkan.  

jika ingin meraih tobat nasuha, kita harus bertekad untuk tidak mengulangi dosa yang sama di masa yang akan datang, begitu juga dosa-dosa yang lain. Para ulama menegaskan, selain bertekad tidak mengulangi, kita berusaha mengganti atau menebus kesalahan yang telah lalu.jika kita pernah meninggalkan kewajiban, maka gantilah. Jangan karena kita merasa sudah bertobat, kesalahan yang lalu dianggap sudah selesai. Jika kita dulu tidak mengeluarkan zakat, maka keluarkanlah sekarang.

 Jamaah yang Berbahagia

syarat tobat nasuha adalah dilakukan pada waktu yang telah di tetapkan alloh swt  dan Lewat dari waktu itu, tobat kita tidak akan diterima. Waktu tobat tersebut ada yang bersifat umum yaitu adalah selama matahari masih terbit dari timur dan terbenam di barat. Maka tobat kita akan di terima,namun jika bertobat setelah matahari terbit dari barat maka tobat kita tidak ada artinya. Sebab hal itu adalah tanda berakhirnya zaman dan tanda berakhirnya kehidupan di bumi ini. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-An ‘am ayat 158, yang artinya: Kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfaat lagi keimanan seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa keimanannya. (QS. al-An‘am : 158).  

Hal itu diperkuat lagi dalam firman Allah dalam surah an-Nisa,” Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) apabila ajal datang kepada seseorang di antara mereka, (QS. an-Nisa’ 18). ‘’allohuma bishowab”  

Jamaah yang Dirahmati Allah

Namun syarat-syarat di atas merupakan syarat tobat yang dosanya berkaitan langsung dengan hak Allah. Sementara, jika dosanya menyangkut hak sesama manusia maka kita harus terlebih dahulu memohon maaf kepada yang bersangkutan atau kepada orang yang pernah kita zalimi, sebelum memohon ampunan kepada Allah. Jika ada yang pernah kita rampas, maka segeralah kembalikan.jika yang bersangkutan sudah tiada dan sulit ditemui, maka banyak-banyaklah memohon ampunan untuknya. Agar amal ibadah kita kelak tidak diambil oleh yang bersangkutan, sebagai penebus kesalahan kita.Itulah perintah Allah kepada kita semua untuk bertobat dan jangan pernah kita abaikan. Sebab, tidaklah Allah memerintahkan sesuatu kecuali untuk kemaslahatan hamba-Nya. Tidaklah Allah memerintahkan tobat kecuali untuk kebaikan kita semua,agar segera menyadari kesalahan yang pernah diperbuat sekaligus sebagai salah satu cara memperbaiki keadaan. Boleh jadi, kerusakan, bencana, musibah dan malapetka, yang sedang menimpa kita atau saudara-saudara kita adalah akibat kesalahan, ulah tangan, dan pelanggaran kita terhadap tuntunan Allah dan rasul-Nya.

Sebagaimana firman alloh dalam Q.s an-Nur ayat 63 yang Artinya: Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah rasul, takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa azab yang pedih.

Hadirin Rahimakumullah

Begitulah cara Allah melindungi hamba-Nya dari kerusakan, baik kerusakan agama, jiwa, akal, keturunan, maupun harta. Sebab untuk tujuan itulah salah satunya syariat Islam diturunkan. Sebagaimana Allah mengharamkan perzinaan, adalah untuk melindungi harkat, martabat, dan keselamatan manusia itu sendiri, baik di dunia maupun di akhirat.

Maka bersamaan dengan berakhirnya tahun 2020 dan memasuki tahun 2021 ini, marilah kita introspeksi dan menata diri kita, bersihkan diri, jernihkan hati dengan bertobat, dan sambut masa depan dan tahun mendatang dengan lebih optimis. Insyaallah, dengan bertobat dan berusaha kembali kepada tuntunan Allah, kehormatan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta kita akan lebih terjaga dan hidup kita lebih tertata.  

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْأنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الاَيَاتِ وَ ذِكْرِالحَكِيْمِ وَ تَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمِ

“Barakallah li wa lakum fil qur’anil ‘adzim wa nafa’ani wa iyyakum bima fihi minal ayati wa dzikril hakim, wa taqobbala minna wa minkum tilawatahu innahu huwas sami’ul ‘alim”



Post a Comment

0 Comments